UNGKAPAN HATI ANAK YANG DITELANTARKAN

Anak adalah titipan yang Ilahi kepada orang tua. Harusnya diperlakukan sebaik mungkin demi kebahagiaan dan masa depan yang cerah. 
Banyak anak-anak yang akhirnya harus menelan pil pahit dalam hidupnya akibat keegoisan orang tua. Salah satu korban adalah Ainun. Kisahnya ini saya temukan dalam buku saku handpone yang diberikan untuk saya baca. Ainun adalah gadis remaja yang duduk di bangku SMA. Ainun hidup bersama dengan ibunya tanpa perhatian bapaknya. Ainun dikenal cerdas di kelas dan ramah dengan sesama. Ia tetap tegar meskipun banyak bibir tetangga berkata tentang keluarganya. Ainun menanggung beban keangkuhan dan keegoisan kedua orang tuanya dengan cara yang sangat dewasa.

Wahai para orang tua bacalah dan remungkanlah kisah ini yang digores dengan tangan Ainun sendiri.

Pak, mulai sekarang aku gak akan minta uang atau apapun lagi ke bapak. Terserah bapak mau ngasih apa enggak..! Kalau bapak masih ingat kewajiban bapak sih gak masalah; kan itu kewajiban ayah ke anaknya kan? Dan soal uang; di SMA ini aku gak bisa irit pak. Aku ke sekolah butuh bensin, belum lagi buku sama iuran lainnya. Itupun sampe ku bela-belain gak jajan di sekolah. Padahal aku mulai pulang sore terus. Rapatku seminggu dua kali, kerja kelompok terus-terusan. 

Mau jadi sukses itu mahal pak, mau seberapapun iritnya juga gak bakal bisa sukses. Jamanku gak kayak jaman bapak atau ibu dulu. Jamanku berubah...!

Semua serba modern. Ingin sukses ya bayar. Bayar...bayar... dan bayar... terus. Gak mau sukses itu sederhana; ya gak usah sekolahkan aku. 

Bukannya aku lancang, akan tetapi juga aku gak suka di kasih beban begini terus. Hubungan bapak sama ibu membebani aku tiap hari. Sudah seperti hantu yang bergentayangan dipikiranku. Tugas setiap hari berlipat ganda ditambah pikir hal seperti ini. Aku bosen pak...!

Temenku saja yang punya keluarga harmonis, dikasih tugas sudah rasanya ingin menyerah, apalagi aku...? Mati ditempat adanya..! Tapi aku sudah dewasa; jadi bisa pikir, sekarang aku harus apa...? Aku pingin sukses dan harus sukses biar bisa menepis omongan orang-orang diluar sana yang gak benar tentang keluargaku, orang-orang yang menjelek-jelekin keluargaku. Biar mereka tahu penderitaan ku juga. 

Aku tahu ini sama saja seperti dendam, tapi aku gak peduli. Terlalu sakit buat dipikirkan. Rasanya mau mati saja...! Kalo seandainya aku masih kecil terus gak bisa berpikir kayak begini mending aku kecil selamanya. Tapi sayang, aku harus tumbuh dewasa kayak gini. Dan terakhir, aku kecewa harus dilahirkan cuma jadi pelampiasan bapak sama ibu. Kecewa banget...! Semangatku buat sekolah hampir hilang gara-gara berpikir masalah ini. Jangan salah sangka, aku bisa semangat karena keluargaku...! Akan tetapi aku seperti ini gara-gara teman-temanku. Ironis kan? Bukan keluarganya tapi orang lain yang bisa menjadi motivasi hidupku. 

Sudah hanya itu saja yang aku bisa bilang ke bapak. Sebenernya banyak banget uneg-uneg yang pingin aku lontarin. Tapi terlanjur malas. Dan satu lagi, aku buat pesan ini bukan dari suruhan ibu atau kemauan ibu. Ini dari aku sendiri. AKU SENDIRI. dari hati anak yang gak dihargai semangatnya. Anak yang perannya cuma jadi pelampiasan. Ya! Aku meerasa cuma jadi pelampiasan doang. Makasih buat semuanya selama ini.

Itulah goresan miris yang sungguh teramat pahit untuk dijalani.

Comments

Post a Comment