- Get link
- Other Apps
- Get link
- Other Apps
A. Pengertian
Anemia adalah gejala
dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak
adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 1999).
Anemia adalah
istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin
dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian
anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
B.
Etiologi
Penyebab tersering
dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan
akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit
kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
Ø Perdarahan hebat
Ø Akut (mendadak)
Ø Kecelakaan
Ø Pembedahan
Ø Persalinan
Ø Pecah pembuluh darah
Ø Penyakit Kronik (menahun)
Ø Perdarahan hidung
Ø Wasir (hemoroid)
Ø Ulkus peptikum
Ø
Kanker
atau polip di saluran pencernaan
Ø Tumor ginjal atau kandung kemih
Ø Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Ø Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Ø Kekurangan zat besi
Ø Kekurangan vitamin B12
Ø Kekurangan asam folat
Ø Kekurangan vitamin C
Ø Penyakit kronik
Ø Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Ø Pembesaran limpa
Ø
Kerusakan
mekanik pada sel darah merah
Ø Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
Ø Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Ø Sferositosis herediter
Ø Elliptositosis herediter
Ø Kekurangan G6PD
Ø Penyakit sel sabit
Ø Penyakit hemoglobin C
Ø Penyakit hemoglobin S-C
Ø Penyakit hemoglobin E
Ø Thalasemia (Burton, 1990).
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia
mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,
Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,
1998).
D.
Manifestasi klinis
Gejala klinis yang
muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara
lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica,
serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi
abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman
lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah,
lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia.
Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
E.
Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika
lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko
bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
F.
Pemeriksaan penunjang
Jumlah darah lengkap
(JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit :
bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap
kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih
pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah
(aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
a. Transpalasi sel darah merah.
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah
infeksi.
c. Suplemen asam folat dapat merangsang
pembentukan sel darah merah.
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen
atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal bila
ada.
f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan
sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan
seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5
mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
========================================================================
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan
dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1.
Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu
bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang
tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia,
tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2.
Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya
perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik
stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas
EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit
dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan).
Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah
patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3.
Integritas
ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4.
Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5.
Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet
protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau
lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP;
defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor
kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
6.
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo,
tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia
tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung
tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi,
tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8.
Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9.
Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10.
Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya
menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono,
1994).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1.
Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi
tertekan)).
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
4.
Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5.
Risiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
6.
Konstipasi
atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7.
Kurang
pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi/Implementasi
keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia
(Doenges, 1999) adalah :
1.
Risiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin
leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
·
mengidentifikasi perilaku untuk
mencegah/menurunkan risiko infeksi.
·
meningkatkan penyembuhan luka,
bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
INTERVENSI
& IMPLEMENTASI
a) Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan
pasien.
Rasional : mencegah
kontaminasi silang/kolonisasi bacterial.
Catatan : pasien
dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
b)
Pertahankan teknik aseptic
ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan
risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
c)
Berikan perawatan kulit,
perianal dan oral dengan cermat.
Rasional :
menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
d)
Motivasi perubahan
posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional :
meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi
untuk mencegah pneumonia.
e)
Tingkatkan masukkan cairan
adekuat.
Rasional : membantu
dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah
stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
f)
Pantau/batasi pengunjung.
Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi
pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia
aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
g)
Pantau suhu tubuh. Catat adanya
menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya
proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
h)
Amati eritema/cairan luka.
Rasional : indikator
infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit
tertekan.
i)
Ambil specimen untuk
kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional :
membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi
pilihan pengobatan.
j)
Berikan antiseptic topical ;
antibiotic sistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin
digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan
proses infeksi local.
2. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
ü menunujukkan peningkatan/mempertahankan
berat badan dengan nilai laboratorium normal.- tidak mengalami tanda mal nutrisi.
ü Menununjukkan perilaku, perubahan pola
hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang
disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
b) Observasi dan catat masukkan makanan
pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
c) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
nutrisi.
d) Berikan makan sedikit dengan frekuensi
sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah
distensi gaster.
e) Observasi dan catat kejadian mual/muntah,
flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
f) Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik
; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang
lembut. Berikan pencuci mulut
yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut
khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
g) Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana
diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
h) Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan
laboraturium.
Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber
diet nutrisi yang dibutuhkan.
i)
Kolaborasi
; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau
adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :
ü melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
(termasuk aktivitas sehari-hari)
ü menunjukkan penurunan tanda intolerasi
fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang
normal.
INTERVENSI &
IMPLEMENTASI
a) Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
b) Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya
jalan dan kelemahan otot.
Rasional
: menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/risiko cedera.
c) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
aktivitas.
Rasional
: manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
d) Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan
kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional
: meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
e) Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien
istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan
aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional
: meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil :
ü menunjukkan perfusi adekuat, misalnya
tanda vital stabil.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a) Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.
Rasional :
memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menetukan kebutuhan intervensi.
b) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi.
Rasional :
meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan
seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
c) Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi
napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional :
dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
d) Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional :
iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
e) Hindari penggunaan botol penghangat atau
botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.
Rasional :
termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
f) Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan
laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai
indikasi.
Rasional :
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
g) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional :
memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk
mencegah cedera dermal.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a) Kaji integritas kulit, catat perubahan
pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan
imobilisasi.
b) Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung
untuk infeksi dan rusak.
Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak
bergerak atau ditempat tidur.
Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
c) Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih.
Batasi penggunaan sabun.
Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik
untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara
berlebihan.
d) Bantu untuk latihan rentang gerak.
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
e) Gunakan alat pelindung, misalnya kulit
domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal
sesuai indikasi. (kolaborasi)
Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan
terhadap permukaan kulit.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan
penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan
sebagai penyebab, factor pemberat.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a) Observasi warna feses, konsistensi,
frekuensi dan jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan
intervensi yang tepat.
b) Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada
konstipasi.
c) Awasi intake dan output (makanan dan
cairan).
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau
alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
d) Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari
dalam toleransi jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi.
Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
e) Hindari makanan yang membentuk gas.
Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
f) Kaji kondisi kulit perianal dengan sering,
catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan
perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
g) Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang
dengan tinggi serat dan bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam
alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk,
yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
h) Berikan pelembek feses, stimulant ringan,
laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan.
(kolaborasi)
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
i)
Berikan
obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan
obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan
kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal
sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic
dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil :
ü pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit
dan penatalaksanaan penyakit.
ü mengidentifikasi factor penyebab.
ü Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan
pola hidup.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Berikan informasi tentang anemia spesifik.
a) Diskusikan kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam
program terapi.
b) Tinjau tujuan dan persiapan untuk
pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress,
selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
c) Kaji tingkat pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
d) Berikan penjelasan pada klien tentang
penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
e) Anjurkan klien dan keluarga untuk
memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
f) Minta klien dan keluarga mengulangi
kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta
menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.
D.
Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1. Infeksi tidak terjadi.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
4. Peningkatan perfusi jaringan.
5. Dapat mempertahankan integritas kulit.
6. Membuat/kembali pola normal dari fungsi
usus.
7. Pasien mengerti dan memahami tentang
penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
- Get link
- Other Apps
Comments
Post a Comment