- Get link
- Other Apps
- Get link
- Other Apps
Pengertian
- Diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100
– 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat
- Diare adalah buang air besar
encer atau cair lebih dari tiga kali sehar.
- Menurut
WHO (1980),
diare adalah buang air besar
encer lebih dari 3 x sehari.
- Diare
ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
·
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah
defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir
dalam tinja.
·
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan
suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air
besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja
yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat
dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
Etiologi
1.
Faktor infeksi
a.
Infeksi enteral; infeksi
saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus
(Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b.
Infeksi parenteral; merupakan
infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis
media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2.
Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi
karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu
dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3.
Faktor Makanan:
Diare dapat
terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
4.
Faktor Psikologis
Diare dapat
terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
Patofisiologi
Gejala Klinis
a.
Diare.
b.
Muntah.
c.
Demam.
d.
Nyeri
abdomen
e.
Membran
mukosa mulut dan bibir kering
f.
Fontanel
cekung
h.
Tidak
nafsu makan
i.
Badan
terasa lemah
Komplikasi
a.
Dehidrasi
b.
Renjatan
hipovolemik
c.
Kejang
d.
Bakterimia
e.
Mal
nutrisi
f.
Hipoglikemia
g.
Intoleransi
sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Tingkat Dehidrasi Gastroenteritis
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat
badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien
belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat
badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok
nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari
berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang
ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Penatalaksanaan Medis
a.
Pemberian
cairan.
b.
Diatetik
: pemberian makanan dan minuman
khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal
yang perlu diperhatikan :
- Memberikan asi.
- Memberikan bahan makanan yang
mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
Pemberian
cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum
a.
Cairan
per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan
dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal
tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit
untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b.
Cairan
parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang
harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1.
Dehidrasi
ringan.
1jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB /
hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral
2. Dehidrasi sedang.
1jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral,
kemudian 125 ml / kg BB / hari.
3.
Dehidrasi
berat.
Untuk anak
umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
ü 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam
= 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB /
menit.
ü 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam
= 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
ü 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB
oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg
BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak
lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
ü 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam
atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg
BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
ü 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit
per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2
tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak
lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.
ü 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam
atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
ü 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB
oralit per oral.
c.
Diatetik
( pemberian makanan ).
Terapi diatetik adalah pemberian
makan dan minum khusus kepada klien dengan tujuan meringankan, menyembuhkan
serta menjaga kesehatan klien.
Hal
– hal yang perlu diperhatikan :
ü Memberikan Asi.
ü Memberikan bahan makanan yang
mengandung cukup kalori,protein,mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
d.
Obat-obatan.
ü Obat anti sekresi.
ü Obat anti spasmolitik.
ü Obat antibiotik.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
ü Pemeriksaan tinja.
ü Pemeriksaan gangguan keseimbangan
asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
ü Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin
untuk mengetahui fungsi ginjal.
b. Pemeriksaan elektrolit intubasi
duodenum untuk mengetahui jasad renik atau
parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
Tumbuh Kembang Anak
Berdasarkan
pengertian yang didapat,penulis menguraikan tentang pengertian dari pertumbuhan
adalah berkaitan dengan masa pertumbuhan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dengan dimensi tentang sel organ individu, sedangkan perkembangan adalah
menitik beratkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ
individu termasuk perubahan aspek dan emosional.
Anak
adalah merupakan makhluk yang unik dan utuh, bukan merupakan miniatur orang
dewasa, atau kekayaan orang tua yang nilainya dapat dihitung secara ekonomi.
Tujuan
keperawatan anak adalah meningkatkan maturasi yang sehat bagi anak, baik secara
fisik, intelektual dan emosional secara sosial dan konteks keluarga dan
masyarakat.
Tumbuh
kembang pada bayi usia 6 bulan.
a.
Motorik
halus.
1. Mulai belajar meraih benda-benda
yang ada didalam jangkauan ataupun diluar.
2. Menangkap objek atau benda-benda dan
menjatuhkannya
3. Memasukkan benda kedalam mulutnya.
4. Memegang kaki dan mendorong ke arah
mulutnya.
5. Mencengkram dengan seluruh telapak
tangan.
b.
Motorik
kasar.
1. Mengangkat kepala dan dada sambil
bertopang tangan.
2. Dapat tengkurap dan berbalik
sendiri.
3. Dapat merangkak mendekati benda atau
seseorang.
c.
Kognitif.
1. Berusaha memperluas lapangan.
2. Tertawa dan menjerit karena gembira
bila diajak bermain.
3. Mulai mencari benda-benda yang
hilang.
4. Bahasa.
Mengeluarkan
suara ma.. pa.. ba.. walaupun kita berasumsi ia sudah dapat memanggil kita,
tetapi sebenarnya ia sama sekali belum mengerti.
Dampak Hospitalisasi terhadap Anak
a. Separation ansiety
b. Tergantung pada orang tua
c. Stress bila berpisah dengan orang
yang berarti
d. Tahap putus asa : berhenti menangis,
kurang aktif, tidak mau makan, main, menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
e. Tahap menolak : Samar-samar seperti
menerima perpisahan, menerima hubungan dengan orang lain dan menyukai
lingkungan
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian
yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan
fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
ü Awalan serangan : Awalnya anak
cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
ü Keluhan utama : Faeces semakin
cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala
dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB
lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri
maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui
prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan
bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
ü Pola eliminasi : akan mengalami
perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
ü Pola nutrisi : diawali dengan mual,
muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.
ü Pola tidur dan istirahat akan
terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.
ü Pola hygiene : kebiasaan mandi
setiap harinya.
ü Aktivitas : akan terganggu karena
kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan
umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi
cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
ü Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun
besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus
kemerahan.
ü Perkusi : adanya distensi abdomen.
ü Palpasi : Turgor kulit kurang
elastis
ü Auskultasi : terdengarnya bising
usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d. Pada anak diare akan mengalami
gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f. Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan
duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan
kualitatif.
Diagnosa Keperawatan GE
1. Defisit volume cairan dan elektrolit
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan
dengan orang tua, prosedur yang menakutkan.
Intervensi
Diagnosa
1.
Defisit
volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
Tujuan
:
Devisit
cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria
hasil:
Tanda-tanda
dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang
Intervensi
:
Observasi
tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur input dan output
cairan (balan cairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum
yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapi cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan
tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
Diagnosa
2.
Gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan
muntah.
Tujuan
:
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria
hasil :
Intake
nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah tidak
ada.
Intervensi
:
Kaji
pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji
faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen
(palpasi, perkusi, dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi
kecil tapi sering. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
Diagnosa
3.
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan
:
Gangguan
integritas kulit teratasi
Kriteria
hasil :
Integritas
kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi
:
Ganti
popok anak jika basah. Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun non
alkohol. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapi antifungi sesuai indikasi.
Diagnosa
4.
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan
:
Nyeri
dapat teratasi
Kriteria
hasil :
Nyeri
dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi
:
Observasi
tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Beri kompres hangat pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapi analgetik sesuai indikasi.
Diagnosa
5.
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis
dan pengobatan.
Tujuan
Pengetahuan
keluarga meningkat
Kriteria
hasil :
Keluarga
klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga
tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi
:
Kaji
tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui
pendidikan kesehatan. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum
dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
Diagnosa
6.
Cemas
berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang menakutkan.
Tujuan
:
Klien
akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Intervensi
:
Kaji
tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak dengan
klien. Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien.
Libatkan keluarga dalam setiap tindakan. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
mendampingi klien.
Evaluasi
1.
Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3.
Integritas kulit kembali normal.
4.
Rasa nyaman terpenuhi.
5.
Pengetahuan kelurga meningkat.
6.
Cemas pada klien teratasi.
Comments
Post a Comment