- Get link
- Other Apps
- Get link
- Other Apps
ABSTRAK
Ikan cakalang (Katsuwonus
pelamis) merupakan suatu kegiatan ekonomi unggulan di sektor perikanan
Sulawesi Utara, yang biasanya ditangkap dengan alat tangkap huhate. Untuk
meningkatkan efisiensi penangkapan ikan dengan huhate, maka diperlukan
pengetahuan tentang sebaran daerah penangkapan ikan dan musim penangkapannya.
Penelitian bertujuan mendeskripsikan alat tangkap huhate dan proses
penangkapannya; memetakan posisi daerah penangkapan cakalang yang didaratkan di
Pelabuhan Perikanan Pantai Belang dan menduga musim penangkapan ikan cakalang,
dengan metode deskriptif. Data primer diperoleh melalui wawancara dan
pengukuran langsung untuk mengetahui posisi daerah penangkapan saat operasi,
serta didukung dengan data sekunder. Data posisi tangkapan cakalang diplot
dalam peta dasar menjadi peta tematik. Musim ikan dianalisis dengan
membandingkan rata-rata hasil tangkapan bulanan dan rata-rata hasil tangkapan
total pada tahun tersebut. Daerah penangkapan ikan dari kapal huhate yang
berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Pantai Belang selama tahun 2012 berada di
perairan Laut Maluku pada posisi geografis 0000’5.48’’ U - 1016’2.12’’ U dan
124004’5.48’’ T - 126022’5.38’’ T. Musim penangkapan ikan terjadi pada bulan
April untuk fase pertama, kemudian pada bulan Juli sampai bulan September untuk
fase kedua; tetapi fase kedua lebih besar dan lebih lama.
Kata-kata kunci:
cakalang, huhate, daerah penangkapan, musim penangkapan, Belang, Sulawesi utara
PENDAHULUAN
Berdasarkan sebaran wilayahnya
produksi perikanan Koridor Ekonomi Sulawesi merupakan wilayah yang memiliki
produksi perikanan laut terbesar. Yang berarti bahwa sektor perikanan merupakan
salah satu kegiatan ekonomi utama di koridor ini (Anonimous, 2011).
Meskipun sumberdaya perikanan cukup
melimpah, terdapat persoalan terkait dengan eksploitasi penangkapan ikan yang
berlebihan di beberapa wilayah pantai laut, sehingga mengancam keberlanjutan
kegiatan ini, sehingga diperlukan alat penangkap ikan yang ramah lingkungan
memiliki kriteria selektivitas tinggi, hasil tangkapan sampingan rendah, tidak
merusak lingkungan, tidak menangkap spesies yang dilindungi, pengoperasian alat
tidak membahayakan nelayan, dan tidak beroperasi di daerah terlarang
(Anonimous, 2008).
Namun demikian, secara khusus,
dalam pengembangan kegiatan ekonomi utama perikanan ini, ada beberapa tantangan
yang harus dihadapi, antara lain:
1. Persaingan di pasar global, dimana beberapa
produk perikanan dari negara lain seperti Thailand dan Vietnam memiliki daya
saing yang sangat tinggi, dikarenakan proses produksi yang jauh lebih efisien
dibandingkan Indonesia.
2. Persaingan di pasar dalam negeri, yaitu
daerah-daerah lainnya di Indonesia yang memproduksi produk perikanan sejenis.
3. Persyaratan kualitas (mutu) produk perikanan
seperti persyaratan label, kemasan, keamanan produk, traceability, green/eco
label dan syarat kandungan bahan tambahan pangan akan semakin ketat. Ini
merupakan suatu tantangan ke depan agar industri perikanan dapat lebih
meningkatkan mutu dan memperketat kontrol kualitas produk perikanan yang
dihasilkan.
Kenyataannya masyarakat
lebih cenderung membeli bahan pangan dan hasil perikanan yang telah diolah dan
dikemas dalam bentuk yang lebih mewah. Ini merupakan suatu tantangan dan
sekaligus peluang usaha industri pengolahan hasil perikanan, misalnya
pengembang inovasi produk siap saji, produk beku, produk kaleng, produk kering,
dan value added seafood (fillet kakap, tuna loin steak).
Buku Lengkap Bisa langsung Download di SINI
- Get link
- Other Apps
Comments
Post a Comment