Berbagai Kegiatan Manusia Yang Dapat Menyebabkan Terjadinya Degradasi Ekosistem Pantai Serta Dampak Yang Ditimbulkannya

Abstrak:

Karena ekosistem pantai memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, memungkinkan manusia untuk memanfaatkan, mengeksploitasi dan membudidayakan sumber daya hayati yang ada tersebut. Berdasarkan perspektif produktivitas biologik, wilayah pesisir mendapat sebutan sebagai “parabolik domain” karena mempunyai produktivitas paling tinggi, namun demikian juga rentan dan berpeluang mendapat tekanan dari darat maupun dari laut (Gueloget dan Perthuisot, 1992). Secara ekologis terdapat fenomena dinamis seperti: abrasi, akresi, erosi, deposisi dan intrusi air laut. Di samping itu, masih terdapat juga fenomena non alamiah seperti: pembabatan hutan mangrove untuk pertambakan, pembangunan dermaga/jetty untuk pendaratan ikan dan reklamasi pantai. Gejala yang umum terjadi di wilayah ke pesisiran adalah interaksi faktor alam dan aktivitas manusia secara bersamaan, sebagai penyebab adanya degradasi ekosistem.

Kata-kata kunci: ekosistem pantai, degradasi, kegiatan manusia

Perairan wilayah pantai merupakan salah satu ekosistem yang sangat produktif di perairan laut. Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang dinamik dan unik, karena pada wilayah ini terjadi pertemuan tiga kekuatan yaitu yang berasal daratan, perairan laut dan udara. Kekuatan dari darat dapat berwujud air dan sedimen yang terangkut sungai dan masuk ke perairan pesisir, dan kekuatan dari batuan pembentuk tebing pantainya. Kekuatan dari darat ini sangat beraneka.
Sedang kekuatan yang berasal dari perairan dapat berwujud tenaga gelombang, pasang surut dan arus, sedangkan yang berasal dari udara berupa angin yang mengakibatkan gelombang dan arus sepanjang pantai, suhu udara dan curah hujan (Davies, 1972 dalam Soetikno, 1993).
Ekosistem pantai mempunyai berbagai sumber daya alam yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu potensinya meliputi keanekaragaman hayati ekosistem terumbu karang, padang lamun dan mangrove. Jenis ekosistem ini merupakan habitat nursery ground bagi berbagai macam spesies ikan karang (Epinephelus sp), gastropoda (Thrombus sp), bivalvia (Anadara sp), dan kepiting bakau (Scylla serrata). Namun demikian, semakin meningkatnya upaya pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang kurang berwawasan lingkungan, sehingga telah berdampak terhadap penurunan produktivitas primer perairan. Melimpahnya zat hara di zone yang menjadi pusat perkembangan kegiatan industri perikanan dan pariwisata akan berkurang peranannya. Padahal peranan positif ekologis terumbu karang-padang lamun-mangrove adalah sebagai penyeimbang faktor biologis, fisis dan kemis (Nybakken, 1992). Misalnya: akar mangrove, khususnya Rhizophora apicullata dan R. mucronata berperan sebagai perangkap sedimen terhadap komunitas padang lamun dan terumbu. Demikian juga peranan terumbu karang sebagai penghalang empasan gelombang terhadap komunitas padang lamun. Kriterium baik atau buruknya parameter lingkungan perairan pantai bergantung pada hubungan interaksi ketiga komunitas tersebut. Perubahan dalam suatu ekosistem seringkali menyebabkan ekosistem menjadi tidak stabil, yang kemudian seluruh aktivitas di dalam ekosistem menjadi terganggu. Perubahan ekosistem seringkali disebut juga dengan degradasi ekosistem. Terjadinya degradasi di dalam suatu ekosistem kemudian dapat menyebabkan menurunnya fungsi ekosistem secara ekologis dan ekonomis Salah satu penyebab menurunnya ekosistem yang paling significan adalah manusia. Hal ini terjadi ketika manusia memanfaatkan sumber daya alam untuk kesejahteraan mereka.

Buku Lengkap bisa kalian download di ⇒⇒⇒SINI⇐⇐⇐

Comments

Post a Comment